Dalam hadis riwayat Rabi’ah bin Ka’ab Al-Aslami, ia dulu menjadi pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu hari, ia datang membawa air wudhu untuk beliau. Lalu Nabi bersabda, “Mintalah sesuatu kepadaku!” Tapi apa yang ia minta? Lihatlah betapa tinggi harapannya, saudara-saudara! Ia bisa saja berkata, “Berilah aku ini dan itu,” dari kenikmatan dunia. Namun ia justru berkata, “Aku minta agar aku bersamamu di surga.”
Inilah pembersamaan yang dirindukan dan diusahakan oleh orang-orang yang mendapat taufik, saudara-saudara! Nabi tidak memberinya jawaban khusus untuk dirinya sendiri, karena dalam Islam tidak ada keistimewaan pribadi. Beliau justru memberinya jawaban yang berlaku untuknya dan semua orang. Apa itu? “Bantulah aku mewujudkan permintaanmu itu dengan banyak bersujud.” Inilah salah satu sebab terbesar untuk dapat membersamai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang baik lagi saleh yang disebutkan dalam ayat ini.
Namun, karunia ini semata-mata berasal dari Allah ‘Azza wa Jalla. “Yang demikian itu adalah karunia dari Allah…” (QS. An-Nisa: 70), Karena karunia ini datang dari Allah, maka ia pasti agung, karena dari Allah, maka ia pasti terjamin, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Katsir. Ayat ini juga mengandung isyarat: “…maka mintalah karunia itu kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” Sebab, karunia ini murni berasal dari kemurahan dan anugerah-Nya, Subhanahu wa bihamdihi. “…dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa: 70) Ungkapan ini mengandung makna ketakjuban, seakan-akan bermakna: “Betapa Maha Mengetahui Tuhan kita ‘Azza wa Jalla!” Cukuplah Dia yang mengetahui para hamba-Nya. Siapa yang berhak mendapatkannya? Mengapa, saudara-saudara? Karena karunia itu diberikan oleh Allah kepada orang yang bahkan tidak layak menerimanya.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan mereka, dengan karunia, kemurahan, dan kebaikan-Mu, wahai Zat yang Maha Penyayang, juga orang tua kami, orang tua kalian, dan seluruh umat Muslim.
=====
وَفِي حَدِيثِ رَبِيعَةَ بْنِ كَعْبٍ الأَسْلَمِيِّ وَكَانَ يَخْدِمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ بِوَضُوئِهِ فَقَالَ سَلْنِي فَمَاذَا سَأَلَ؟ شُوفُوا الْهِمَمَ يَا إِخْوَانُ كَانَ يُمْكِنُ أَنْ يَقُولَ أَعْطِنِي مِنْ كَذَا وَكَذَا وَكَذَا مِنْ حُطَامِ الدُّنْيَا فَقَالَ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ
هَذِهِ الرِّفْقَةُ الَّتِي يَتَسَامَى إِلَيْهَا الْمُوَفَّقُونَ يَا إِخْوَانُ وَيَسْعَى إِلَيْهَا الْمُوَفَّقُونَ مَا أَعْطَاهُ الرَّسُولُ جَوَابًا خَاصًّا لِأَنَّ الْإِسْلَامَ مَا فِيهِ خُصُوصِيَّاتٌ أَعْطَاهُ جَوَابًا لَهُ وَلِغَيْرِهِ مَا هُوَ؟ أَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ هَذَا مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ رِفْقَةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَؤُلَاءِ الْأَخْيَارِ الصَّالِحِينَ فِي هَذِهِ الآيَةِ
وَلَكِنَّ الْفَضْلَ فَضْلُ رَبِّنَا عَزَّ وَجَلَّ ذَٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَإِذْ كَانَ مِنَ اللَّهِ فَهُوَ عَظِيمٌ وَإِذْ كَانَ مِنَ اللَّهِ فَهُوَ مَضْمُونٌ كَمَا قَالَ أَحْمَدُ وَابْنُ كَثِيْرٍ وَفِيهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنْ اُطْلُبُوا ذَلِكَ الْفَضْلَ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَهُوَ فَضْلٌ مَحْضُ فَضْلِهِ وَمِنَّتِهِ سُبْحَانَهُ وَبِحَمْدِهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا هَذِهِ الصِّيغَةُ فِيهَا مَعْنَى التَّعَجُّبِ كَأَنَّ مَعْنَاهَا مَا أَعْلَمَ رَبَّنَا عَزَّ وَجَلَّ كَفَى بِهِ عَلِيمًا بِعِبَادِهِ وَمَنْ يَسْتَحِقُّ ذَلِكَ لِيشْ يَا إِخْوَانُ؟ الْفَضْلَ مِمَّنْ لَا يَسْتَحِقُّهُ
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْهُمْ بِفَضْلِكَ وُجُودِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ وَوَالِدِينَا وَوَالِدَيْكُمْ وَالْمُسْلِمِيْنَ أَجْمَعِيْنَ